Pertumbuhan ekonomi suatu
negara tidak
hanya ditopang dari sektor industri, namun juga dari sektor pertanian. Hal ini
dikarenakan Indonesia
mempunyai potensi yang tinggi dalam sektor
pertanian. Sebutan
sebagai Negara
Agraris seharusnya menjadikan negara ini mampu
swasembada pangan atau bahkan menjadi negara
pengekspor bahan
pangan. Namun, semua tidak mungkin
terwujud jika sistem pengelolaan yang dilakukan masih monoton tanpa ada
keberanian untuk beralih ke sistem pengelolaan yang lebih maju.
Salah satu contoh sistem
yang mulai dikembangkan di Indonesia adalah
Sistem pertanian terpadu (Integrated
Farming). Sistem pertanian terpadu
dapat didefinisikan
sebagai penggabungan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan dan segala
kegiatan terkait pertanian yang dilakukan dalam satu tempat/lahan. Sistem ini
diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tempat/lahan pertanian, konservasi
lingkungan dan mewujudkan kemandirian para pelaku kegiatan (Petani Terpadu) tanpa
ketergantungan pada pihak lain. Mewujudkan harapan tersebut secara bertahap akan meningkatkan taraf
ekonomi para pelaku khususnya dan masyarakat desa pada umumnya karena mereka
akan mendapatkan berbagai sumber penghasilan dari usaha yang dilakukannya.
Pada dasarnya sistem
pertanian terpadu dilakukan dengan memaksimalkan pemanfaatan potensi energi
yang ada di sekitar lahan.
Dalam
siklus ekologi, semuanya bermanfaat yang
berarti tidak
ada limbah dari dalam pelaksanaan pertanian terpadu. Limbah pertanian seperti
jerami dimanfaatkan untuk pakan ternak dan limbah ternak (feses/kotoran) dimanfaatkan
untuk pupuk organik atau
biogas. Semua
ini dilakukan secara berkelanjutan dan untuk mencapai hasil yang maksimal semua
sektor kegiatan pertanian terpadu dilakukan pada satu lokasi.
Penerapan sistem ini
nantinya diharapkan bisa menghasilkan 4F antara lain :
1.
F1
(Food)
-
Sektor
pertanian dan perkebunan dapat
menghasilkan sumber energi pangan berupa beras, jagung, ketela, kedelai, kacang
dan sayuran.
-
Sektor
peternakan dapat
menghasilkan daging, telur dan susu.
-
Sektor
perikanan dapat
menghasilkan daging ikan tawar seperti lele, gurami, nila dan lain-lain.
2.
F2
(Feed)
Limbah pertanian seperti
jerami padi, jagung dan kedelai dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan kering
ternak ruminansia (sapi, kerbau dan kambing) dengan cara difermentasi terlebih
dahulu atau diberikan secara langsung. Sedangkan limbah pengolahan pangan
sektor pertanian (bekatul, bungkil kedelai, bungkil jagung) dapat dimanfaatkan untuk pembuatan
konsentrat/pakan ternak unggas dan ikan air tawar.
3.
F3
(Fuel)
Limbah peternakan (kotoran/feses) dapat dimanfaatkan untuk bahan
pembuatan biogas yang akhirnya menjadi sumber energi panas untuk memasak para
ibu rumah tangga.
Jadi tidak
perlu lagi membeli bahan bakar atau gas LPG yang harganya kian melambung.
4.
F4
(Fertilizer)
Air kencing ternak
ruminansia bisa diolah menjadi pupuk organik cair dan biopestisida. Sedangkan
limbah dari pembuatan biogas bisa dimanfaatkan untuk pupuk organik padat yang
siap di aplikasikan ke lahan.
Itulah besarnya manfaat
yang bisa diperoleh dengan penerapan sistem pertanian terpadu ini. Bahkan
secara tidak langsung sistem ini akan meningkatkan kesehatan karena sumber
energi pangan yang dihasilkan adalah organik seperti beras organik, sayur
organik, daging organik dll. Selain itu harga jual bahan pangan organik seperti
yang kita ketahui harganya dipasaran saat ini cukup fantastis sehingga hal ini
bisa meningkatkan pendapatan para pelaku (Petani Terpadu). Yang tak kalah penting, sistem ini juga berperan
serta dalam pemeliharaan kwalitas tanah yang kian hari keadaannya kian kritis. Tanaman membutuhkan unsur hara
tanah dan C-Organik yang cukup.
Secara
alami kebutuhan tersebut sudah tersedia di alam, namun ketersediaannya
belum tentu mencukupi apalagi dengan pemakaian pupuk kimia dan pestisida yang
berlebihan dan berlangsung sekian lama. Hal tersebut menyebabkan unsur hara dan C-Organik dalam
tanah tidak
lagi tersedia seperti dulu.
Hal ini merupakan
tantangan petani muda untuk mengembalikan dan meningkatkan kesuburan tanah,
sehingga akan menjadi warisan yang bermutu tinggi untuk anak cucu kelak.
Kita menyadari bahwa untuk
melaksanakan sistem
pertanian terpadu tidak
semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan keterlibatan dan kerjasama semua
pihak baik pemerintah maupun petani sendiri untuk mengawalinya. Kesadaran
tinggi para petani sangat diharapkan
guna tercapainya cita-cita mulia ini. Dukungan pemerintah juga sangat
dibutuhkan mengingat besarnya manfaat yang diperoleh dari sistem ini. Semoga
postingan ini sedikit bisa ikut serta dalam pencapaian harapan mulia. penulis pun menyadari
keterbatasan dalam hal pertanian maka dari itu penulis berharap atas saran dan masukkan dari para pembaca. Terimakasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar